Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Hati-Hati, Jadi Perempuan Jangan Terlalu Kuat!

  Sebuah pertanyaan yang masih sering saya dapatkan hingga saat ini;   “Mir, sudah ada calon?”   Atau;   “Kamu, enggak kepengen nikah lagi?” Dan sebuah judgement muncul :  “Hati-hati, lho. Jadi perempuan jangan terlalu kuat dan mandiri. Nanti cowok-cowok pada insecure.” Kurang lebih, dan lama-kelamaan saya ini makin terbiasa mendengar kalimat-kalimat tersebut. Sebenarnya soal ini sudah pernah saya tuliskan juga, tapi kali ini saya coba membahas dari sisi perempuan, khususnya yang menyandang status Ibu tunggal, atau “miss independent” yang lekat sekali dengan stigma kekuasaan yang bisa mengancam lawan jenisnya. Kenapa mengancam? Karena hal ini kerap kali jadi bahasan hampir di setiap obrolan atau diskusi yang kebetulan saya ada di dalamnya. Dan seolah membuat lawan jenis menjadi merasa  insecure . Meskipun, saya percaya di luar sana masih banyak laki-laki yang pandai menempatkan diri, dan tidak khawatir dengan ekualitas. Sebelum dilanjutkan, ada sebuah gamba...

Katanya, Self Love

  “ Katanya Self Love , tapi kenapa ada saja yang dikeluhkan, ada saja yang disalahkan.” Lalu muncul  justify;  “Yha, namanya manusia, wajar dong ngeluh.” Dialog ini saya lakukan pada diri sendiri untuk mengukur sedalam apa saya mampu mengenali diri sendiri. Bagaimana saya bisa self love, kalau tidak mengenal diri sendiri, terlebih mencintai diri sendiri. Kenyataannya, ada makna self love yang tak sekadar dua kata sebagai penyemangat, namun bagaimana ini diaplikasikan dalam kehidupan yang setiap harinya bisa saja memberikan kejutan-kejutan di luar dugaan. Well,  isu  mental health  memang sudah ada dari tahun-tahun ke belakang, hanya saja mulai ramai dikampanyekan sejak pandemic hadir di Indonesia. Perubahan-perubahan kebiasaan pada setiap orang menjadi tantangan tersendiri, yang akhirnya gaung kampanye self love ini serupa konsep  evangelist marketing  yang mudah sekali tersebar, terlebih di media sosial. Orang beramai-ramai saling mengingatkan b...

Berbenah Tak Pernah Salah

  “Apa lagi yang bisa diperbuat, jika segala pertobatan kembali goyah dengan segala nafsu duniawi? Wallohualam, untuk mencari jawabannya saja, kadangkala saya malu.” Saat menuliskan ini, saya banyak berpikir. Entah meneruskan setiap kalimat-kalimat ini, atau metutup kembali saja laptop ini dan membuka kembali segala hiburan yang bisa ditemui di media sosial. Bahkan, kadangkala pun, untuk menuliskan hal-hal seperti ini, saya seperti kehabisan ide. Terlebih jika ini berkaitan dengan sisi ruang dari diri, tentang rasa, pikiran atau apa yang menjadi mau saat ini. Meski sekadar dengan tujuan untuk berbagi, saya kembali mempertanyakan, “apakah ini layak saya tulis dan bagikan? Apakah tulisan-tulisan ini masih bisa memberikan inspirasi bagi yang membacanya?” Semua keraguan ini datang karena saya kian menyadari, bahwa saya hanyalah manusia biasa yang bisa rapuh atau goyah dalam segala hal. Bahkan jauh dari segala kesempurnaan. Kenyataannya, saya memang jauh dari segala kesempurnaan, karena...