Biasanya, saya cukup lihai menarik konsentrasi peserta bahkan setelah Ishoma, terutama jika ruangannya adem. Tapi kali ini, “berat, bo!” Hari dimana saya dalam perjalanan ke satu kota yang berjarak 3 jam dari Jakarta, saya sudah bisa membayangkan bahwa hadir sebagai Trainer dalam sebuah acara yang diadakan di sebuah aula atau balai desa di satu wilayah, akan memerlukan effort dua kali lebih banyak. Selain karena pengaruh suhu udara, biasanya aula/ balai itu hanya tersedia kipas, sudah dipastikan akan sumuk, konsentrasi peserta akan terpecah, dan butuh energi double karena volume suara perlu lebih keras, meski tersedia portable sound (yang juga apa adanya). Dan yes, kali ini semua itu terjadi lagi. Setibanya di stasiun, cuaca sudah cukup panas. Meskipun sempat nyasar dan tanpa penjemputan (untung ada taksi online!), saya tiba di lokasi 30 menit kemudian. Penyelenggara pasti tidak akan kesulitan dengan saya, karena saya bukan tipe trainer yang manja. Dijemput oke, jalan sendiri ...
"Terkadang, kita merasa bahwa suara paling keras itu datang dari orang lain (kritikan), komentar, atau ekspektasi yang bikin tertekan. Tapi sebenarnya, suara yang paling sering bikin kita ragu dan takut justru berasal dari dalam diri sendiri, dari bisikan keraguan yang nggak pernah berhenti. Lucunya, dari bisikan kecil itulah sebenarnya kekuatan terbesar untuk mulai mencintai diri sendiri perlahan-lahan mulai tumbuh." Apa kabar, teman-teman? Semoga selalu sehat dan berbahagia. Seminggu ini saya nggak keluar rumah. Bukan karena sedang mengasingkan diri, tapi memang sedang menikmati me-time. Saking menikmatinya, seorang kawan bertanya, "apakah saya baik-baik saja?". Alhamdulillah, saya baik. Biasanya, orang yang mulai dan telah mengenal bagaimana saya, akan bertanya-tanya ketika saya nggak muncul dalam interaksi aktif beberapa lingkaran pertemanan. Ini karena dalam sehari-hari, biasanya saya selalu berinteraksi melalui group WhatsApp secara dua arah. Senang rasanya...